Kamis, 06 April 2017

Habibie: Jangan Sekali-kali Berharap Jadi Pahlawan


Transkrip LEADERSHIP TALK Presiden ke-3 RI BJ. Habibie
@Milad18PKS, Minggu, 24 April 2016, Kartika Chandra, Jakarta
Pimpinan PKS yang saya hormati dan sayang.

*uhuk2* (eyang lagi sakit)

Para tokoh dan pimpinan yang hadir di sini yang tak bisa saya sebutkan satu per satu, yang saya hormati dan sayang.

Saya diminta memberikan pengarahan mengenai kepemimpinan. Saya dalam hal ini bukan ahli dalam kepemimpinan. Orang tahu semua Habibie ahlinya apa (audiens grr). Tapi dalam kehidupan saya yang insya allah kurang dari 2 bulan lagi berusia 80 tahun dan saya telah melalui banyak sekali masalah-masalah yang harus diselesaikan dengan baik.

Satu saya pelajari: HARUS KERJA KERAS.
Kedua, HARUS RASIONIL.
Ketiga, HARUS PROFESIONAL DALAM BIDANGNYA.
Dan akhirnya JANGAN SEKALI-SEKALI MAU JADI PAHLAWAN. Kepahlawanan itu mahal. Kita tidak mau dan penting menjadi pahlawan. Yang penting kita menyelesaikan tugas yang diberikan kepada kita sebaik-baiknya. Tugas apa saja. (applause ..)

Saya mau sampaikan sama Anda. Anda bisa cek di buku Detik-Detik Yang Menentukan, Habibie dan Ainun. Banyak sekali buku-buku. Satu yang jelas. Semua tahu bahwa yang namanya Baharuddin Jusuf Habibie ditinggal ayahnya ketika ayahnya sedang menjadi imam dan memimpin sholat isya. Saya usianya ketika itu 13 thn. Saya melihat saat ayah sujud. Dia imam di depan. Allahu akbar. Heart attack. Meninggal di atas sajadah.

Tapi sebelumnya waktu saya umur 5 tahun. Ayah saya itu ahli pertanian. Dia bekerja di tempat yang sekarang menjadi IPB Bogor. Dulu namanya Landbouwschool. Punya balai percobaan. Waktu saya umur 5 thn: "Sini nak, kamu ikut dengan bapak lihat balai percobaan. Lihat itu ada mata air. Apa yang kamu lihat di mata air itu?" "Apa, pak? Indah, pak. Hijau. Kupu-kupu." "Lihat, beberapa meter dari sini ada orang mengambil air untuk dibawa ke rumahnya. Mengerti apa artinya?"

Anak 5 tahun. "Saya tak tahu kamu nanti besar jadi apa. Tapi saya harapkan kamu jadi kepala keluarga yang baik, perilakumu seperti mata air itu. Keluargamu, saudara, semua melekat."

Saya yakin itu berlaku untuk Anda, sama seperti berlaku untuk Habibie. (applause ...)

Saya tidak tahu. Tidak pernah bercita-cita jadi menteri. Saya hanya ingin jadi insinyur dan membuat kapal terbang. Anda catat. Dari situ ambil kesimpulan.

Saya datang ke Jerman umur 18 thn. S1 masuk pusat keunggulan teknologi di Jerman. Semua yang top di situ bagian teknologi masuk di situ. Saya masuk di situ susah (audiens ketawa). Yang diuji 5 persen dari yang datang. S1 di situ, S2 di situ, S3 di situ. Selesai umur 28 thn, tahun 1964. Saya cerita ini ada maksudnya. Waktu 1964, September Ilham sudah lahir. Saya sudah menikah dengan Ainun. Masalah rumahtangga. Tapi di benak saya jadikanlah mata air dari keluargamu.

Saya waktu di Jerman jika mau S3 Anda tidak bisa melamar. Yang mau melamar misal untuk konstruksi pesawat terbang hanya ada 4 tempat. Yang melamar waw banyak. Ditender. Kalo anda yang dipilih anda ga bayar. Anda digaji. Gajinya 10 persen lebih tinggi (dibanding) kalo anda kerja di industri.

Saya beruntung diterima, Dik. Waktu itu belum nikah, Dik, dengan Ainun. Diterima salah satu dari 4 itu. Lalu saya pulang, nikah. Dan seterusnya Anda sudah liat filmnya.

Waktu saya selesai S3, bidang saya adalah hypersonic float. Saya cerita, Dik. Sebelumnya saya bekerja mengadakan riset untuk kapal selam yang selam lebih dalam di 300 meter. Yang lain ga bisa karena tekanan air makin dalam makin besar. Dan kalo terlalu berat ga bisa naik lagi. Saya kembangkan. Tiba-tiba yang saya kembangkan itu bisa dikembangkan oleh Departemen Pertahanan (Jerman), karena dia yang bayar.

Belum ada laptop, belum ada yang seperti itu dan pekerjaan saya harus diteruskan orang lain. Karena waktu itu menjelang tahun 1960 tahulah keadaannya di Indonesia tidak kompatibel dengan cara berpikir di Eropa dst. Saya paspor Indonesia. Saya boleh meneruskan jika saya ganti paspor Jerman. Saya ga mau. No way. (Applause).

Ok. Ambil pekerjaan saya. Saya tanya sama prof, lalu saya ngapain? "Habibie, kamu ngajar aja mengenai irreversible aerodinamica." 1001 macam yang mentok-mentok waktu itu. Mahasiswanya paling 20 waktu itu. Saya ngajar. Dibayar sih (ketawa).

Sekarang apa yang terjadi. Profesor datang. "Habibie, ada masalah. Tahu ga kalau balistic misile kalo ditembak ke atas. Udara makin tipis-tipis, tapi kemudian udara makin tebal menjadi shockwave sehingga peluru roket itu panas. Bagaimana itu (solusi)nya?"

Saya bilang. Prof, saya pelajari dulu. Setelah itu dipanggil kamu dah pelajari? Sudah. Kamu bisa selesaikan? Bisa, tapi syaratnya saya dapat S3 dan tidak boleh laksanakan seperti waktu kapal selam saya (ketawa). Harus berani.

(Penelitian) harus rahasia. Ga boleh publish. Habibie ga boleh publish, hanya yang penting-penting saja. Beberapa tahun kemudian saya bisa selesaikan. Teorinya bagaimana, menghitungnya bagaimana sampai dengan bisa diterapkan. Ketika itu terjadi, tawaran datang. Habibie ditawari jadi guru besar di Aacheen. S3 28 thn. 29 thn jadi guru besar. Kamu maunya apa? Mau buat kapal terbang. Untuk apa? Untuk rakyat saya (applause).

Datang tawaran dari industri. Amerika. Eropa. Saya bilang saya tidak mau. Yang saya pilih industri pesawat terbang yang paling kecil, letaknya di Hamburg, hanya 3000 orang. S3 hanya 3 orang. Saya seperti Anda, wajah Indonesia 28 thn dikira 18 thn (ketawa). Wajah muda tidak berjenggot (ketawa).

Datang. Sekarang. Anda catat nanti kita ambil kesimpulan.

Directornya bawa kertas-kertas. "Anda kemari mau jadi direktur atau kepala bagian? Mau apa?" Saya mau buat pesawat terbang, ga mau (jadi) direktur. "Ga mau jadi kepala atau pemimpin?" Tidak. Saya mau buat kapal terbang. Saya ditanya tentang kapal terbang. "Apa syaratnya supaya kamu bisa kita terima?" Saya punya anak istri. Barang tidak banyak. Kamu harus bayar tiket dan biaya pindah. Saya minta flat, tidak mau rumah, mau yang lingkungannya berpendidikan. Karena anak saya akan masuk kindergarten. "Tapi mahal." Kalo ga mau ya ga usah (ketawa). "Mau mobil?" Ngga usah, saya naik bus.

Saya dijanjikan akan digaji 1300 deustche mark (DM). Waktu itu banyak. Saya minta ditingkatkan supaya jadi 1500 DM. "Oke kapan kamu bisa mulai?" Saya masih kontrak mengajar. Lalu kembali ke institut . Ditanya kamu melamar ya di perusahaan kecil itu? Kamu jangan merusak pasar, dong. Itu terlalu rendah. Tidak diberi 1500 DM. Tapi akhirnya 2500 DM.

Kesimpulan. Saya tidak kejar duite (beneran ngomongnya duite, not.). Saya kejar pekerjaan yang bisa menjadikan saya unggul, tapi pekerjaan itu halal (applause).

Sekarang kita bicara mengenai KEUNGGULAN.

Anda itu saya anggap sehat. Sehat keluarganya. Bangsa ini kita perjuangkan semua sehat. Tadi bagus tandatangani keluarga anti narkoba (sebelumnya ada acara penandatanganan MoU PKS dengan Ketua BNN RI Budi Waseso untuk program Keluarga Anti Narkoba bekerjasama dengan Rumah Keluarga Indonesia-RKInya PKS, not.).

Dalam hal ini kita akan ikut berantas narkoba.

Sekarang keunggulan itu anda harus mengalami proses pembudayaan yang nilainya outputnya iman dan takwa yang bernilai tinggi. Itu setiap kali saya bilang budayanya jitu. Agamanya jitu. Agama anda dan saya sama. Al Quran dan sunnah jitu. Budayanya berbeda. Ada orang Jawa, Sumatra, batak, bugis. Berbeda.

Nah tetapi budaya itu harus bersinegi dengan agama. Oke? Itu menghasilkan iman dan takwa. Sehingga budaya dan agama tidak cukup, Dik. Anda harus trampil dalam bidangnya sehingga bersinergi: budaya, agama, iptek, ketrampilan. Outputnya produktivitasnya meningkat. Tapi kalo produktivitas sudah meningkat dan Anda nganggur bagaimana mau jadi unggul?

Anda hanya bisa jadi unggul kalau sudah melalui proses pemberdayaan pribadi yang merupakan sinergi positif agama, budaya, dan iptek. Anda baru jadi unggul kalau Anda diberi kesempatan menyelesaikan masalah-masalah kompleks. Mulai dari yang sederhana, sistematis, makin kompleks.

Kesimpulan. Kita harus perjuangkan pendidikan.

Hei, Bung, pendidikan dimulai dari rumah, dari ibu-ibu. Bapak-bapak juga harus ikut. Kalau itu sudah, kita baik ibu dan bapak, memberikan yang sesuai ketrampilan, sesuai dengan interest anak atau cucu, pendidikan yang tepat. Setelah itu anda lepaskan dan nikahkan.

Anda harus perjuangkan agar semua produk yang kita beli di bumi Indonesia itu adalah sebagian besar karya Anda-Anda sendiri.

Kita bicara soal jam kerja. Maka saya harapkan partai dimanapun berada tiap jam kerja harus ada bagian dari anak cucu kita. Kalau Anda tidak begitu tidak mungkin anak cucu kita menjadi unggul, Dik. Saya bicara sebagai eyang dan bapak anda yang mengalami itu.

Sekarang soal proses nilai tambah pribadi, oke. Proses budaya iman takwa dan iptek oke. Tingkatkan produktivitas, maka anda akan jadi unggul. Apakah sudah dilaksanakan?

Jadi tidak masalah jika Anda juga perjuangkan lapangan kerja. Ada yang lapor, kami industri, lapangan kerja, tapi kita harus datangkan orang dari negara tersebut untuk melaksanakan. Saya katakan itu salah, tidak boleh walau debatnya 1000 macam. Begini aja, kamu ekspor barang dan bawa pekerjanya dari negara dia. Ga akan bung! (Applause)

Itu anda harus perjuangkan.

Tempat kerja yang kecil itu Hamburg, sekarang apa? Sekarang Airbus (audiens: wow, more applause..). Ide Airbus sudah sejak 1965 Desember. Saya di antara anak muda yang masuk perusahaan itu dulu. Belum Airbus namanya. Hanya ada 3 PhD saja. Saya paling muda. Produksi Boieng 737 yang besar. Airbus A300. Saya masih punya fotonya dengan direktur utamanya waktu launching itu.

Ainun baru selesai buat rumah tahun 1972 tiba-tiba saya disuruh pulang. Setinggi-tingginya kembalilah di sini. Anda jadi besar karena orangtuamu, lingkunganmu, masyarakatmu.

Jangan harapkan orang lain yang membangun bangsamu. (Applause..)

Saya ini eyang untuk sebagian besar di sini. Saya tidak tahu masih berapa lama saya berada bersama Anda. Watik Pratiknya 13 tahun lebih muda dari saya. Sejak Ainun meninggal, dia selalu mendampingi saya. Saya titip pesan ini itu padanya. "Iya, Pak." Kata dia. Tiba-tiba 2 bulan kemudian dia dipanggil Allah.

Jadi Saudara-Saudara, saya kalau pergi ke Hamburg, kamar saya dulu jadi mesin. Kalau saya datang ke situ, itu datang semua karena saya dilligent. Tapi waktu saya datang membuat airbus, pikiran saya hanya satu: pulang dan membuat kapal terbang. Tidak ada di kepala saya jadi menteri apalagi presiden.

Tadi waktu saya lihat demo film itu (sebelumnya ada pemutaran film ilustrasi kelahiran PKS sejak 1998, not.) PKS usianya persis Habibie jadi presiden 1998.

Saya cerita waktu itu Jendral Feisal Tanjung datang sama saya. Pak, saya harus cerita sebelumnya. Pak Harto lengser tanggal 21 hari Kamis. Saya tidak diberi apa. Maksudnya kalo timbang terima apa kan harus sudah ada kertas-kertas. Nothing. Oke. Walau Pak Harto itu guru saya. Dia bilang, kalau saya tidak ketemu kamu, maka yang rugi bangsa Indonesia.

Dalam sejarah Republik Indonesia kita tidak merubah dan tidak akan merubah UUD 1945 itu. Dan tidak perlu karena UUD 1945 itu padat dengan Ketuhanan Yang Maha Esa. Tiap sila secara eksplisit, tanya sama ahli hukum. Di tiap kata itu selalu ada, selalu dengan Allah SWT. Kenapa? Karena UUD itu adalah UUD dari rakyat ini. Masyarakat ini mengandalkan pada sumber daya manusia dan bukan sumber daya alam.

Anda tahu islam di Eropa? Coba pergi ke Spanyol, Andalusia. 800 tahun Islam di semenanjung itu berkuasa. Kordoba. Granada. Anda masih bisa lihat jejak-jejaknya sekarang. Kalau punya waktu pergi ke situ. Tapi coba apa? 800 tahun itu islam tidak pernah SARA. Dia buka pintu agama apa saja. Dia berpegang agama Anda adalah agama Anda. Agama saya, agama saya.

Granada, Kordoba mekar akar ilmu pengetahuan. Saya bilang bukan di Greek. Okelah filsafat dsb, tapi akar engineering mekar di Italia (Spanyol mungkin maksudnya?, not.).

Dik, kita negara Pancasila walau 87 persen rakyatnya bernafaskan alQur'an dan asSunnah dan sebelum tidur atau sebelum makan bismillaahirrohmaanirrohiim, kita toleran. Tidak SARA.
...

[Tak terlepas dari kekurangan indra pendengaran, atau ada sinaps yang mungkin kurang nyambung di otak, atau jempol kegedean untuk mentranskripkan pidato ini, regretfully lebih dari separuh notulensi saya ga sengaja terhapus dan ga bisa di-undo. *sedih, tapi tak perlu pake emot nangis lebay-lah ya ..

Banyak cerita tentang kejadian 1998. Kembalinya demokrasi lewat pemilu 1998 serta respon dan apresiasi beliau tentang kemunculan Partai Keadilan yang kala itu diketuai teknokrat yang ia sebut sebagai "anak"nya: Nurmahmudi Ismail. Bagaimana saat diamanati sebagai Presiden, beliau hanya ingin membawa Indonesia keluar dari krisis dan kemelut sekalipun banyak tawaran untuk memperpanjang usia presidensialnya.

Juga trik tetap bugar walau menjelang 80 tahun - a.l. membiasakan berenang minimal 1 jam tiap pekan, kesamaan pendapat dengan Presiden PKS M. Sohibul Iman - notulensi lengkapnya juga tersedia - soal money politic sebagai bentuk kegagalan membangun demokrasi substansial, dan banyak lagi. Ga bosen dengerinnya.

Apapun, saya kira BJ Habibie sebagaimana harapan sang ayah, memang sejatinya adalah mata air bagi negeri ini.

*Ke Tanah Karo membeli coklat - jauh amat ..
Walau cuma separo, well semoga bermanpaat*

Grafis @pksart]

note: yes #archive yes 
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Komen apapun berharga. Sila.

welcome to detti's blog

communication scholar & practitioner, hopefully being lifetime citizen journalist, simply laid back ambivert

Mengoptimalkan Google Alerts untuk Media Monitoring

Menyusun panduan optimalisasi google alerts ini sekira dua bulan sebelum ramadhan tahun lalu. Belum sempat di- digital archive , apa daya fi...

Popular Posts