Jumat, 22 Maret 2013

Ayah Dari Berlin

Om Skan

Mei 2001, pekan kedua di RS Persahabatan Jakarta Timur menemani ayah yang hanya bisa berbaring. Bicarapun sudah menggumam tak jelas. Badan besarnya habis menyisakan tonjolan tulang di sana sini. Kulitnya menghitam karena serial kemoterapi dan radiasi.

Satu setengah tahun sejak divonis carcinoma stadium 3, sudah RS keempat dan kondisi ayah kian memburuk. Dari 'hanya' kanker kolon hingga merambat ke getah bening.

Maka terbang ke Jakarta merupakan obligasi yang ironisnya jadi sebentuk katarsis atas skripsi yang membentur tembok.

Saat sedang melamunkan skripsi yang terbengkalai itulah, ia datang. Para kemenakan termasuk aku memanggilnya Om Skan. Roskan Affandi lengkapnya.

Bersama istri, Tante Eva, dan putra semata wayang Yulius, dari Berlin mendarat di Bandara Soekarno Hatta Om Skan sekeluarga langsung menuju Rawamangun. Menyempatkan menjenguk ayah.

Perawakan Om Skan persis ayah saat masih sehat. Tinggi besar. 'Bule' khas orang Bengkulu. Beliau sudah bertahun-tahun bekerja dan menetap di Berlin. Dapat istripun orang Jerman.

Beliau dikenal di lingkungan sanak kerabat sangat tekun menjalin silaturahmi. Electronic card setiap hari lahir, sms, telepon sekedar bertanya kabar. Saat Tsabitah, anak pertamaku lahir, satu set baju dan make up bayi ia kirimkan ke Lampung. Luar biasa, aku banyak belajar soal silaturahmi dari beliau.

***

Alhamdulillah Om Skan dipanjangkan usia, tapi saat ini kondisinya persis kondisi Ayah tahun 2001. Beliau juga sedang berjuang melawan carcinoma. Saat kami sambangi di Kemanggisan pada lebaran tahun lalu, ia ceritakan bagaimana kulitnya sampai 'berganti' 3 kali.

"Tapi Om masih beruntung di Jerman ada tunjangan kesehatan, ga seperti di Indonesia. Ga seperti ayah Detti dulu," ujarnya.

Bicaranya melambat. Geraknyapun melambat. Masih sempat pula ia oleh-olehi krim Penaten sebelum kami pulang. Di mobil usai mengunjunginya aku menangis dalam diam. Ingat alm ayah. Ingat kebaikan-kebaikan Om Skan.

Dari jauh aku hanya bisa mendoakan. Ayahku yang ada di Berlin. Semoga tetap kuat dan disayang Allah SWT. []
Ayah, menjelang hari 'kepulangan'nya.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Komen apapun berharga. Sila.

welcome to detti's blog

communication scholar & practitioner, hopefully being lifetime citizen journalist, simply laid back ambivert

Mengoptimalkan Google Alerts untuk Media Monitoring

Menyusun panduan optimalisasi google alerts ini sekira dua bulan sebelum ramadhan tahun lalu. Belum sempat di- digital archive , apa daya fi...

Popular Posts