Selasa, 23 Juli 2024

DA'I GA BOLEH INSECURE, OVER THINKING, APA LAGI PUTUS ASA DALAM BERDAKWAH

 


DA'I GA BOLEH INSECURE, OVER THINKING, APA LAGI PUTUS ASA DALAM BERDAKWAH (TADABBUR QS AL A'RAF AYAT 1-10 bagian 1)


Indikator capaian: Menjadikan Al-Qur'an sebagai referensi dalam kehidupan


Menjadikan wahyu (Al Qur'an) sebagai acuan dalam hidup

  1. Kewajiban mengikuti arahan wahyu
  2. Ancaman bagi orang yang berpaling dari wahyu
  3. Dua kelompok manusia saat menghadapi pengadilan Allah swt



Overview Al Qur'an Surat Al A'raf


Al A'raf adalah surat ke7 dalam Al Qur'an (juz 8-9), terdiri dari 206 ayat. Sebagian besar adalah ayat Makkiyah (diturunkan sebelum hijrah), kecuali ayat 163-167 ayat Madaniyah yang menceritakan interaksi Nabi SAW dengan orang Yahudi (Nabi baru berinteraksi dengan orang Yahudi di Madinah, pasca hijrah).


Al A'raf diturunkan sebelum surah al-An'am yang termasuk golongan surah as-sab' at-tiwal (tujuh surah yang panjang).


Menurut Abul A'la Maududi, waktu pewahyuan diperkirakan sama dengan Al-An'am, yakni di tahun-tahun terakhir Nabi Muhammad masih berada di Makkah karena cara pewahyuannya menunjukkan bahwa surah ini berasal dari periode yang sama dan memiliki latar belakang sejarah yang sama.


Dinamakan al-A`raf karena kata al-A`raf terdapat dalam ayat 46 dan 48 yang mengemukakan keadaan orang-orang yang berada di atas A`raf (bentuk jamak dari Arf) yaitu tempat yang tinggi di batas atau dinding tinggi atau benteng antara surga dan neraka, yang menjadi tempat tinggal ashabul a'raf. Jadi di yawmil akhir nanti selain ada surga dan neraka, ada juga tempat ketiga yaitu A'raf.


Juga disebut surat Thula Athulaini, yaitu surat yang terpanjang dari dua surat yang panjang (Al Anam dan Al Araf). Nabi  pernah membaca surat Al A'raf pada sholat maghrib yang beliau bagi dalam dua rakaat.


Ashabul A'raf adalah orang-orang mukmin yang memiliki timbangan yang sama dalam keburukan dan kebaikan di akhirat. Ini pendapat mayoritas ulama. Ada juga yang menafsirkan bahwa ashabul a'raf adalah orang-orang yang tingkat keikhlasannya sangat tinggi dan selalu mendekat pada Allah SWT. Mayoritas ulama sepakat ashabul a'raf pada akhirnya akan masuk ke dalam surga.


Tafsir Zhilal: surat Al A'raf menjelaskan tema aqidah dengan cara mempertontonkan perjalanan panjang "konvoi keimanan" sejak masa Adam as hingga Muhammad SAW, kemudian bagaimana semua umat termasuk umat akhir zaman digolong-golongkan sesuai keimanan dan amal solihnya, serta keadaan di dalam surga-neraka.



Ayat 1

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ الٓمٓصٓ


Alif laam mim shaad.

«المص» الله أعلم بمراده بذلك.

(Alif laam miim shaad) hanya Allah-lah yang mengetahui apa yang dimaksud dengannya.


Alif Lam Mim Sad.
(QS. Al-A’raf 7: Ayat 1)

Huruf Al MuQothoah = terputus-putus. Secara dhahir tidak ada makna yang jelas.


Para ulama menjelaskan bahwa Al Qur’an turun dalam bahasa Arab dengan huruf Hijaiyah, bahasa yang notabene digunakan orang-orang musyrikin Arab. Namun orang-orang musyrikin Arab tidak mampu membuat satu surat pun. Inilah hikmah bahwa Al Qur’an adalah mukjizat.


Buya Yahya: huruf muqothoah menegaskan bahwa Al Qur'an diturunkan kepada Nabi SAW dengan cara dibimbing, di-talqin. Kalau tidak, bisa saja Alif Lam Mim Shaad dibaca Al Mash atau Alamasha.


Rangkaian huruf tersebut alif laam miim, di surat yang panjang (misal Al Baqarah) ada. Dibaca: alif laaam miiim. Di surat yang pendek juga ada, tapi dibaca alam/alam taraa.


Menunjukkan bahwa Al Qur'an, cara membacanya pun atas petunjuk Allah SWT dan harus melalui seorang guru, talaqi, ditalqin oleh guru, terus demikian hingga sanadnya tidak terputus sampai Baginda Nabi SAW. Tidak seperti membaca buku bacaan biasa.


Jadi makna alif lam mim atau alif lam mim shad kita serahkan kepada Allah SWT. Takwil para ulama mengenai artinya adalah ijtihad dalam batas penafsiran yang dibolehkan. Sebaliknya kita juga tidak boleh menafsirkan bahwa rangkaian huruf tersebut tidak ada artinya.


Ada yang berpendapat bahwa huruf-huruf itu adalah nama surah dan ada pula yang berpendapat gunanya untuk menarik perhatian, atau untuk menunjukkan mukjizat Al-Qur'an.


Allahu a'lamu bimuroodihi bi dzalik. Hanya Allah yang mengetahui apa yang dimaksud dengannya.



Ayat 2

كِتَٰبٌ أُنزِلَ إِلَيْكَ فَلَا يَكُن فِى صَدْرِكَ حَرَجٌ مِّنْهُ لِتُنذِرَ بِهِۦ وَذِكْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ

Ini adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu, maka janganlah ada kesempitan di dalam dadamu karenanya, supaya kamu memberi peringatan dengan kitab itu (kepada orang kafir), dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman.


كِتَابٌ أُنزلَ إِلَيْكَ

"Ini adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu". Mu = Nabi Muhammad SAW.


فَلا يَكُنْ فِي صَدْرِكَ حَرَجٌ مِنْهُ

"maka janganlah ada kesempitan di dalam dadamu karenanya".


HARAJ = 

Ibnu katsir: menurut Mujahid, Qatadah, dan As-Saddi, bermakna syak atau keraguan, yakni merasa ragu kepadanya. Menurut pendapat yang lain, maknanya ialah kesempitan.


Sebagaimana nabi dan rasul sebelum Rasulullah SAW juga diperintahkan untuk teguh hati dan bersabar.


فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ

Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar. (Al-Ahqaf: 35)


Ustadz Firanda Andirja: "diturunkan agar tidak ada kesempitan dada" tafsirnya adalah :

1. Tidak ada keraguan
2. Tidak perlu sedih kalau mereka tidak beriman.
3. Al Qur’an adalah kitab kebahagiaan, dada menjadi lapang, bahagia.


Kitab ini turun untuk memberi peringatan kepada orang-orang musyrikin/kafir dan sebagai peringatan kepada orang yang beriman agar selalu ingat kepada akhirat.


"Barangsiapa dikehendaki Allah akan mendapat hidayah (petunjuk), Dia akan membukakan dadanya untuk (menerima) Islam. Dan barangsiapa dikehendaki-Nya menjadi sesat, Dia jadikan dadanya sempit dan sesak, seakan-akan dia (sedang) mendaki ke langit." (Qur'an Surah Al-An'am 125).


Lesson learned:

  • Al Qur'an adalah kemuliaan dan penghormatan bagi Nabi Muhammad SAW maupun umatnya. Siapapun yang berinteraksi dan dekat dengan Al-Qur'an, mempelajarai, memahami, mengamalkan, dan mendakwahkan Al-Qur'an seharusnya makin bahagia dan mulia.
  • Dakwah meniscayakan berjumpa berbagai karakter manusia, termasuk yang mencemooh, mendustakan, menyakitkan hati, bahkan hingga ke ancaman fisik dan hilangnya nyawa.


Ketika menerima amanah menyampaikan Al Qur'an seharusnya sikap seorang da'i adalah bahagia, apapun respons objek dakwahnya. Falaa yakun fii shodrika harajun. "Maka janganlah ada kesempitan di dalam dadamu."


  • Tugas seorang da'i menyampaikan Al Qur'an, dengan cara yang hikmah wal maw izhotil hasanah, sebaik dan sebijaksana mungkin. Namun hasilnya, hidayahnya adalah prerogatif Allah SWT.

Jika kebahagiaan dakwah semata diukur dari capaian material atau jumlah follower/subscriber, maka Nabi Nuh as adalah nabi yang paling "rugi", karena dakwah 500 tahun pengikutnya tidak sampai 100 orang, bahkan anaknya masuk barisan orang durhaka.


  • Shodrika = dada = kesadaran, kelapangan. Shudur = sadar. Da'i harus sadar, harus lapang, harus aware, bahwa berdakwah harus diawali dengan kesadaran, dengan dada yang seluas samudra.

Harus diwaspadai setan akan selalu mengembuskan perasaan insecure, overthinking, bahkan putus asa pada da'i agar ia menghentikan dakwahnya.


  • Al-Qur'an ditujukan pada semua manusia, kafir maupun beriman. Untuk orang kafir jadi peringatan, untuk orang beriman jadi pelajaran.


لِتُنْذِرَ بِهِ

supaya kamu memberi peringatan dengan kitab itu (kepada orang kafir). (Al-A’raf: 2)


وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ

dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman. (Al-A'raf: 2)



Ayat 3


اِتَّبِعُوۡا مَاۤ اُنۡزِلَ اِلَيۡكُمۡ مِّنۡ رَّبِّكُمۡ وَلَا تَتَّبِعُوۡا مِنۡ دُوۡنِهٖۤ اَوۡلِيَآءَ‌ ؕ قَلِيۡلًا مَّا تَذَكَّرُوۡنَ


Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti selain Dia sebagai pemimpin. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran. (Al-A'raf ayat 3)



اتَّبِعُوا مَا أُنزلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ

Ikutilah apa yang diturunkan kepada kalian dari Rabb kalian. (Al-A'raf: 3)


Tarbiyah Allah kepada manusia antara lain berupa turunnya Al-Qur'an.



وَلا تَتَّبِعُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ

dan janganlah kalian mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. (Al-A'raf: 3)


Artinya, janganlah kalian menyimpang dari apa yang telah disampaikan oleh Rasul kepada kalian dengan menempuh jalan yang lain, yang akhirnya mengakibatkan kalian menyimpang pula dari hukum Allah kepada hukum selain-Nya.


قَلِيلا مَا تَذَكَّرُونَ

Amat sedikitlah kalian mengambil pelajaran (darinya). (Al-A'raf: 3)


Lafal tadzakkaruun dibaca dengan mengidgamkan ta asal ke dalam dzal. Menurut suatu qiraat dibaca tadzkuruun. Sedangkan huruf maa adalah tambahan, yang diadakan untuk mengukuhkan makna sedikit, sehingga artinya menjadi amat sedikit.


"Dan sebagian besar manusia tidak akan beriman, walaupun kalian sangat menginginkannya". (Yusuf: 103)


"Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah". (Al-An’am: 116).


"Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain)." (Yusuf: 106)


Tafsir Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah: Allah berfirman: وما آتاكم الرسول فخذوه وما نهاكم فانتهوا

“Dan apa saja yang diberikan oleh Rasul kepada kalian, maka terimalah. Dan apa saja yang dilarang oleh dia, maka jauhilah.”



Ayat 4


وَكَمْ مِّنْ قَرْيَةٍ اَهْلَـكْنٰهَا فَجَآءَهَا بَأْسُنَا بَيَا تًا اَوْ هُمْ قَآئِلُوْنَ

“Betapa banyak negeri yang telah Kami binasakan, siksaan Kami datang (menimpa penduduknya) pada malam hari, atau pada saat mereka beristirahat pada siang hari.”
(QS. Al-A’raf 7: Ayat 4)



وَكَمْ مِنْ قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَاهَا

Betapa banyaknya negeri yang Kami binasakan. (Al-A'raf: 4)


"Dan sungguh telah diperolok-olokkan beberapa orang rasul sebe­lum kamu, maka turunlah kepada orang yang mencemoohkan rasul-rasul itu azab yang dahulu selalu mereka perolok-olokkan." (Al-Anbiya: 41 dan Al-An’am: 10)


"Berapa banyaknya kota yang telah Kami binasakan, yang penduduknya dalam keadaan zalim, maka (tembok-tembok) kota itu roboh menutupi atap-atapnya dan (berapa banyak pula) sumur yang telah ditinggalkan dan istana yang tinggi. " (Al-Hajj: 45)


"Dan berapa banyaknya (penduduk) negeri yang telah Kami binasa­kan, yang sudah bersenang-senang dalam kehidupannya; maka itulah tempat kediaman mereka yang tiada didiami (lagi) sesudah mereka, kecuali sebagian kecil." (Al-Qashash: 58)



فَجَاءَهَا بَأْسُنَا بَيَاتًا أَوْ هُمْ قَائِلُونَ

maka datanglah siksa Kami menimpa (penduduknya di waktu mereka berada di malam hari atau di waktu mereka beristirahat di tengah hari. (Al-A'raf: 4)


بَيَاتًا

di malam hari. (Al-A'raf: 4) 


Yaitu di malam hari, di saat mereka sedang tidur nyenyak.


أَوْ هُمْ قَائِلُونَ

atau di waktu mereka beristirahat di tengah hari. (Al-A'raf: 4)


Allah menyebut dua waktu ini secara khusus, karena merupakan jam tidur dan melepas rasa lelah. Karenanya, kedatangan siksaan pada saat tersebut akan lebih menakutkan dan mengagetkan.

Referensi : https://tafsirweb.com/2458-surat-al-araf-ayat-4.html

Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia


Diambil dari kata al-qailulah yang artinya istirahat di tengah hari, kedua waktu tersebut (yakni tengah malam dan tengah hari) adalah waktu istirahat sehingga mereka dalam keadaan lalai dan terlena.


"Maka apakah penduduk kota-kota itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk kota-kota itu merasa aman dari kedatangan siksa Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain?" (Al-A'raf: 97-98)


"Maka apakah orang-orang yang membuat makar yang jahat itu, merasa aman (dari bencana) ditenggelamkannya bumi oleh Allah bersama mereka, atau datangnya azab kepada mereka dari tempat yang tidak mereka sadari, atau Allah mengazab mereka di waktu mereka dalam perjalanan, maka sekali-kali mereka tidak dapat menolak (azab itu), atau Allah mengazab mereka dengan berangsur-angsur (sampai binasa). " (An-Nahl: 45-47)


Ayat 5


فَمَا كَا نَ دَعْوٰٮهُمْ اِذْ جَآءَهُمْ بَأْسُنَاۤ اِلَّاۤ اَنْ قَا لُوْۤا اِنَّا كُنَّا ظٰلِمِيْنَ
“Maka, ketika siksaan Kami datang menimpa mereka, keluhan mereka tidak lain, hanya mengucap, “Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim.””
(QS. Al-A’raf 7: Ayat 5)


Mereka baru sadar ketika azab sudah di depan mata. Sudah terlambat.


"Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim.” (Al-A'raf: 5)


Ucapan mereka ketika azab datang menimpa mereka, adalah pengakuan terhadap dosa-dosa mereka dan bahwa mereka pantas menerimanya.


Ibnu Jarir mengatakan bahwa ayat ini menunjukkan keabsahan riwayat dari Rasulullah Saw., yaitu:

"مَا هَلَكَ قَوْمٌ حَتَّى يُعْذِروا مِنْ أَنْفُسِهِمْ"

Tidaklah suatu kaum dibinasakan sebelum mereka mengakui kesalahan diri mereka sendiri.


Abdullah ibnu Mas'ud pernah mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Tidaklah suatu kaum dibinasakan sebelum mereka mengakui kesalahan diri mereka sendiri.


Abdul Malik melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia bertanya kepada Ibnu Mas'ud, "Mengapa terjadi demikian?" Ibnu Mas'ud membacakan firman-Nya: Maka tidak adalah keluhan mereka di waktu datang kepada mereka siksaan Kami, kecuali mengatakan, "Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim.”(Al-A'raf: 5).


Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-A’raf Ayat 5: Maka ketika siksaan kami datang menimpa mereka, keluhan mereka tidak lain, hanya mengucap, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim. Mereka mengakui dosa-dosanya, tetapi semua penyesalan itu tidak ada gunanya lagi. Mereka tetap dibinasakan. Inilah siksaan mereka di dunia. Di akhirat nanti, azab Allah akan lebih pedih lagi. Mereka akan dimintakan pertanggungjawaban. 


Maka pasti akan kami tanyakan kepada umat yang telah mendapat seruan dari para rasul kami, pertanyaan yang berupa celaan keras: apakah para rasul telah memperingatkan mereka' dan kami akan tanyai pula para rasul untuk menjadi saksi: apakah mereka telah melaksanakan tugas dengan baik, bagaimana sikap kaum mereka, apakah menurut atau menentang, dan sebagainya'

Referensi : https://tafsirweb.com/2459-surat-al-araf-ayat-5.html


Khatimah


Kembali, merujuk pada indikator capaian tadabbur ayat ini, maka orang beriman, terlebih lagi da'i, wajib menjadikan Al-Qur'an sebagai referensi kehidupan, mendawamkan membaca, menghafal, memahami, dan menyampaikannya. Menjadikan Al-Qur'an tempat kembali saat gundah, tempat "pulang" saat resah.


Jika dakwah sudah mulai berpaling dari Al-Qur'an, misalnya karena alasan duniawi; menerima satu ayat, menolak yang lain, maka jangan berharap keberkahan Al-Qur'an akan menerangi kehidupan kita. Naudzubillah min dzalik.



Afwun minkum. Wallahu 'alam bish shawab



Detti Febrina

Bandar Lampung, 23 Juli 2024


Share:

2 komentar:

Komen apapun berharga. Sila.

welcome to detti's blog

communication scholar & practitioner, hopefully being lifetime citizen journalist, simply laid back ambivert

Mengoptimalkan Google Alerts untuk Media Monitoring

Menyusun panduan optimalisasi google alerts ini sekira dua bulan sebelum ramadhan tahun lalu. Belum sempat di- digital archive , apa daya fi...

Popular Posts